Aku suka hujan. Mereka membungkam masalah kehidupan orang-orang.
Para pengendara sepeda minggir, sopan melihat hujan kuasai jalanan. Sementara yang di mobil, terpaksa diam karena terhipnotis irama musik hujan featuring jalanan.
Aku suka hujan. Yang temaram dibasuh mereka, menghapus luka baru hingga lama. Tertawa-teratawa anak-anak senang melewatinya.
Hujan oh hujan. Semalaman kamu setia menemaniku. Terimakasih karena mau membungkam orang-orang. Aku benci mereka semua. Berisik, banyak gaya, egois, dan ahli memanipulasi. Najis.
Untunglah kamu di sini hujan. Semalaman aku bisa tidur nyenyak mendengar nyanyian gemuruh aliran airmu. Sungguh itu sangat merdu.
Terkadang kamu batuk, aku tahu bernyanyi itu melelahkan. Padahal petir geludukmu begitu tegas, hingga yang pacaran bisa saling peluk, pura-pura takut.
Hujan, aku jadi ingat sesuatu. Bukan karena kamu, tapi udara dingin ini menusuk tulangku. Tolong beritahu angin, jangan begitu.
Tapi hujan, angin adalah pasanganmu. Maafkan aku telah sok tahu. Kamu setuju cinta itu tidak menuntut. Tapi demi kebaikan bersama, perlu ada yang dituntut.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Designed by OddThemes
Post a Comment
Terimakasih sudah membacanya! Tetap berbuat baik adalah pilihan.