Film Dilan 1990 tidak hanya ditunggu-tunggu oleh kalangan remaja atau pecinta film romansa. Faktanya, para penikmat sastra juga menanti-nantikan film adaptasi novel dengan judul yang sama karya Pidi Baiq ini. Apakah adaptasi film ini gagal? Berikut review-nya:
Dari sekian banyak ekspektasi kemasan Film Dilan 1990, pasti menyimpulkan berhasil atau tidaknya film ini mengadaptasi novelnya. Saat pertama kali diumumkan siapa yang memerankan Dilan, banyak kekecewaan bermunculan. Seperti diketahui, pemerannya adalah Iqbaal "CJR", sementara pemeran pacarnya Dilan, yakni Milea adalah Vanesha Prescilla.
Jujur saja, ada sedikit kekhawatiran dan kekecewaan dari saya pribadi soal bagaimana nantinya film ini jika diperankan mereka berdua. Keduanya sama-sama baru di industri perfilman. Apalagi Iqbaal berasal dari boy band remaja, yang notabennya belajar bernyanyi dan menari bukan berakting.
Saya pun tidak sendiri dalam mengungkapkan kekecewaan tersebut. Banyak netizen yang juga me-review trailernya dan mengaku kecewa meski belum menonton filmnya yang tayang 25 Januari 2018 lalu.
Namun setelah menonton filmnya, ungkapan 'pemilihan Iqbaal sebagai Dilan sepertinya tidak salah-salah banget' pun muncul. Pasalnya, ada beberapa kalimat romantis 'khas Dilan' yang berhasil Iqbaal ucapkan dengan mantap.
"Keduanya luar biasa surprisingly good," kata Aby Kusdinar, di chanel Youtube, Keepindinc. Kupas Film.
Meski begitu, mungkin karena pengalamannya yang minim di industri film, performa Iqbaal tidak sepenuhnya stabil. Iqbaal juga cenderung menjadi dirinya sendiri yang lebih segar, ringan dan santai, sehingga karakter Dilan yang pujangga pun sedikit pudar.
Selain itu, julukan Dilan sebagai "Panglima Tempur" tampaknya kurang pas jika diperankan Iqbaal. Karakter Dilan di novel sebagai pimpinan tak terkalahkan begitu tergambar dengan baik. Namun di film ini, Dilan versi Iqbaal seperti cowok bandel slengekan yang suka nongkrong saja, namun jago berkelahi dan berhati lembut.
“IYA IQBAL muka sunda, mewakilkan Dilan sunda, dari bandung, Tapi karakter laki laki yang suka tawuran gak dapet di IQBAL, gregetnya laki laki macho juga kurang. kalo ngeritik boleh dong? ini bukan ngebully tapi jujur kekecewaan readers yang melihat peran yg dibawakan IQBAL :(,” kata akun Jenni Theressa, lewat Twitter-nya.
Karakter Lain
Di sisi lain, film Dilan 1990 tampaknya kurang menonjolkan karakter pendukungnya, seperti Piyan, Anhar, Wati dan lainnya. Padahal di novelnya, semua karakter itu begitu tergambar dengan kuat. Sementara di filmnya, mereka semua benar-benar berperan sebagai pendukung saja.
Hal itu membuat karakter pendukung yang sebenarnya mewarnai kehidupan Milea dan Dilan malah kurang terasa kehadirannya. Meski begitu, karakter ibunda Dilan cukup berhasil menggambarkan perempuan penyayang dan humoris di film ini.
Sisi Teknis
Menurut Aby Kusdinar, di chanel Youtube, Keepindinc. Kupas Film, teknik pengambilan gambar di film Dilan 1990 kurang optimal. Permainan color grading cenderung gagal dalam film ini.
"Gua sangat kecewa dengan sinematografinya. Bahkan dibandingkan (film) Dear Nathan, ini (Dilan 1990) sedikit di bawah Dear Nathan. Mulai dari sinematografi, tata gambar," kata Aby.
Bahkan jika dibandingkan dengan film remaja sebelum Dilan 1990, yaitu Posesif, teknik pengambilan gambar Dilan 1990 kalah jauh. "Dilan dua tingkat di bawah kualitas sinematografinya Posesif, yang menurut gua belum ada tandingannya" kata Aby.
Keseluruhan Film
Secara keseluruhan, saya me-review film adaptasi novel Dilan 1990 ini cukup berhasil. Tidak seperti film-film adaptasi lainnya, film ini tidak banyak memotong bagian dalam buku aslinya.
Namun, tentu tidak semuanya berhasil di masukkan. Kebandelan Dilan tidak semuanya masuk ke film. Seperti Dilan memalsui tanda tangan Ustadz buat buku kegiatan Ramadhan, dan lain-lain.
Meski begitu, sutradara tetap berhasil memvisualisasikan karya Pidi Baiq. Karena itu juga, mungkin film Dilan jadi cenderung terasa lebih lama hampir 2 jam.
Romantisme nan menghibur juga menjadi perpaduan yang pas dalam film ini. Terpenting, film Dilan berhasil menunjukkan bahwa cinta di zaman dulu begitu sederhana tapi tetap manis.
Artikel Menarik Lainnya:
Me sangat suka "Cinta zaman dulu begitu sederhana, tapi manis"
ReplyDeleteTapi kenapa manisnya diawal aja :( diakhirnya engga :(
DeleteYang manis blm tentu bikin bahagia kok
Delete